Rabu, 12 Januari 2011

BĀHIYA-JĀTAKA


Sumber : Indonesia Tipitaka Center
“Belajarlah engkau dengan tepat,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika Beliau menetap di Kūṭāgārasālā 192 di Weluwana (Veḷuvana) dekat Vesāli, mengenai seorang Licchavi, seorang pangeran alim yang memeluk keyakinan ini. Ia mengundang Sanggha dengan Sang Buddha sebagai guru mereka ke rumahnya, dan di sana ia memberikan persembahan yang berlimpah pada mereka. Dan istrinya merupakan seorang wanita yang sangat gemuk dengan rupa yang membengkak, serta selera berpakaian yang jelek.

Berterima kasih atas persembahannya, Sang Guru kembali ke wihara dan setelah memberikan khotbah kepada para bhikkhu, Beliau masuk ke dalam kamarnya yang wangi.
Berkumpul bersama di Balai Kebenaran, para bhikkhu menunjukkan keterkejutan mereka bahwa seseorang seperti Pangeran Licchavi bisa mendapatkan seorang wanita gemuk dengan selera berpakaian yang buruk untuk menjadi istrinya, dan begitu mencintai wanita tersebut. Masuk ke Balai Kebenaran dan mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, Sang Guru berkata, “Para Bhikkhu, seperti sekarang ini, demikian juga di kelahiran sebelumnya, ia mencintai wanita gemuk itu.” Kemudian, atas permohonan mereka, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.
____________________
[421] Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares, Bodhisatta terlahir kembali sebagai salah seorang anggota istana. Dan seorang wanita desa yang gemuk dengan selera berpakaian yang jelek, dan bekerja untuk mendapatkan  upah, sedang lewat di dekat halaman istana, ketika kebutuhan yang mendesak datang padanya. Berjongkok dengan pakaiannya terkumpul secara sopan mengelilingi dirinya, ia menyelesaikan kebutuhannya itu, dan menanamnya dalam sekejab mata.
Pada saat yang sama, raja melihat keluar ke arah halaman istana melalui sebuah jendela, dan melihat kejadian itu. Ia berpikir, “Seorang wanita yang bisa mengatur hal demikian dengan begitu sopan pasti mempunyai kesehatan yang baik. Rumahnya pasti bersih; dan seorang anak yang lahir dalam sebuah rumah yang bersih, pasti akan tumbuh besar dengan sifat pembersih dan juga baik. Saya akan menjadikannya pendamping saya.” Karenanya, raja mula-mula memastikan sendiri bahwa wanita itu bukan milik pasangan orang lain, kemudian mengundangnya menghadap dan menjadikannya sebagai ratu. Dan wanita itu, menjadi orang yang sangat dekat dan sangat disayangi olehnya. Tak lama kemudian, seorang pangeran lahir, dan pangeran inilah yang menjadi raja yang menguasai dunia.
Melihat keberuntungan wanita itu, Bodhisatta mengambil kesempatan untuk berbicara dengan raja, “Paduka, mengapa perhatian tidak diberikan kepada yang memenuhi pandangan dengan keadaan yang semestinya, namun wanita yang hebat ini dengan kerendahan hati dan kesopanannya sewaktu membuang kotoran malah mendapatkan perhatian Paduka dan memperoleh keberuntungan setinggi ini?” Ia melanjutkan dengan mengucapkan syair berikut ini : —
Belajarlah engkau dengan tepat,
para Penduduk yang keras kepala ;
Orang kampung telah menyenangkan raja
melalui kesopanannya.
Demikianlah makhluk yang agung itu memuji kebaikan mereka yang mencurahkan diri untuk mempelajari kesopanan dengan sepantasnya.
____________________
[422] Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Suami istri di masa ini adalah suami istri di masa itu, dan Saya adalah anggota istana yang bijaksana tersebut.”
Catatan kaki :
192 Sebuah balai (ruangan) di Mahāvana. Lihat keterangan selengkapnya di Dictionary of Pali Proper Name, hal. 659. Arti harfiah dari kūṭāgāra adalah bangunan beratap runcing, bangunan bermenara, bangunan bertingkat.

source :http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/bahiya-jataka/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar